Banjir Bandang Meningkat karena Gempa Bumi
Laporan wartawan KOMPAS Irene Sarwindaningrum
Senin, 7 Desember 2009 | 21:29 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Banjir bandang diperkirakan akan makin sering terjadi dalam 5-10 tahun mendatang. Potensi banjir bandang ini meningkat seiring dengan meningkatnya potensi terjadinya gempa bumi di Indonesia.
Peneliti Banjir dan Daerah Aliran Sungai dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Maryono di Yogyakarta, Senin (7/12), mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa gempa bumi hampir selalu diikuti oleh banjir bandang. "Di Yogyakarta, banjir bandang di Sungai Code terjadi setelah gempa, begitu pula di Aceh. Banjir bandang setelah gempa bumi bisa dirunut hingga kejadian tahun 1918," ujarnya.
Hal ini terjadi karena gempa bumi membuat tebing sungai menjadi rentan longsor. Ciri khas banjir bandang karena gempa bumi adalah banjir berupa lumpur dan mengandung banyak serpihan kayu.
Lebih lanjut, Agus yang baru saja mendapat penghargaan dari Departemen Pekerjaan Umum sebagai penulis artikel terbaik bidang PU tahun 2009 itu mengatakan, paradigma pencegahan banjir dengan pembangunan talut alias penahan banjir di bagian hilir harus diubah menjadi pencegahan banjir dengan pengelolaan dan penyerapan air di bagian hulu sungai.
Pembangunan talut seharusnya dihentikan karena hanya membuat air dialirkan dan dibuang percuma. Padahal, kebutuhan air saat ini semakin meningkat. Pembangunan talut juga berpotensi mengakibatkan banjir dengan intensitas lebih besar karena pembangunan talut membuat perumahan semakin turun ke bantaran. Akibatnya, potensi sungai meluap semakin besar.
"Pembangunan talut akan juga mematikan ekosistem pinggir sungai yang kaya dengan berbagai organisme unik," katanya.
Menurutnya, pencegahan banjir seharusnya difokuskan pada daerah pedesaan di bagian hulu sungai. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak daerah tangkapan air, yaitu dengan konservasi lahan pertanian dan perkebunan, membangun lumbung desa, tanggul pekarangan, dan sumur resapan di daerah pedesaan yang terdapat di hulu sungai. Langkah ini juga perlu dilakukan masyarakat di daerah perkotaan untuk mencegah krisis air bersih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar