Senin, 01 November 2010

Musibah Di Atas Musibah

Musibah Di Atas Musibah
Minggu, 31/10/2010 18:41 WIB | email | print | share
oleh Ihsan Tandjung

Dewasa ini kita sungguh prihatin menyaksikan bagaimana musibah beruntun terjadi di Indonesia, negeri berpenduduk muslim terpadat di dunia. Belum selesai mengurus musibah dua kecelakaan kereta api sekaligus di awal Oktober, tiba-tiba muncul banjir bandang di Wasior, Irian. Kemudian gempa berkekuatan 7,2 skala richter diikuti Tsunami hebat di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Lalu tiba-tiba kita dikejutkan dengan erupsi gunung Merapi di Jawa Tengah. Belum lagi ibukota Jakarta dilanda banjir massif yang mengakibatkan kemacetan dahsyat di setiap sudut kota, bahkan sampai ke Tangerang dan Bekasi. Siapa sangka banjir di Jakarta bisa terjadi di bulan Oktober, padahal jadwal tahunan rutinnya biasanya di bulan Januari atau Februari..?
Kita sering heran mengapa kok di negeri berpenduduk muslim paling besar di dunia justeru Allah timpakan bencana secara beruntun dalam rentang waktu yang relatif berdekatan. Apalagi kita sudah diperingatkan bahwa masih ada lagi duapuluh gunung api yang perlu diantisipasi peningkatan aktifitasnya.
"Catatan kita ada 18 gunung yang berstatus waspada, 2 siaga dan 1 berstatus awas," kata Kepala Sub Bidang Pengamatan Gunung Berapi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Budianto dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (28/10/2010).
18 Gunung yang berstatus waspada adalah:
1. Gunung Sinabung (Karo, Sumut)
2. Gunung Talang (Solok, Sumbar)
3. Gunung Kaba (Bengkulu)
4. Gunung Kerinci (Jambi)
5. Gunung Anak Krakatau (Lampung)
6. Gunung Papandayan (Garut, Jabar)
7. Gunung Slamet (Jateng)
8. Gunung Bromo (Jatim)
9. Gunung Semeru (Lumajang, Jatim)
10. Gunung Batur (Bali)
11. Gunung Rinjani (Lombok, NTB)
12. Gunung Sangeang Api (Bima, NTB)
13. Gunung Rokatenda (Flores, NTT)
14. Gunung Egon (Sikka, NTT)
15. Gunung Soputan (Minahasa Selatan, Sulut)
16. Gunung Lokon (Tomohon, Sulut)
17. Gunung Gamalama (Ternate, Maluku Utara)
18. Gunung Dukono (Halmahera Utara, Maluku Utara)
Sedangkan 2 Gunung yang berstaus siaga adalah:
1. Gunung Karangetang (Sulut)
2. Gunung Ibu (Halmahera Barat, Maluku Utara)
1 Gunung bersatus awas yakni Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta.
Demikian pula dengan kasus gempa di kepulauan Mentawai yang diyakini oleh para ilmuwan bakal memicu datangnya megathrust (gempa besar). Detikcom (Sabtu, 30 Oktober 2010) mencatat sebagai berikut:
Jakarta- Gempa berkekuatan 7,2 skala richter (SR) versi BMKG dan 7,7 SR versi USGS, yang mengguncang Mentawai pada Senin (25/10) lalu disebut sebagai gempa susulan dari gempa besar pada 12 September 2007 silam. Saat itu, kekuatan gempanya 8,4 SR. Kembali diingatkan juga potensi gempa dahsyat hingga 8,8 SR di sekitar Sumatera beberapa dekade mendatang.
"Dari analisa US Geological Survey dan juga BMKG, gempa ini disebabkan oleh pergerakan patahan pada Sunda megathrust, yaitu pada bidang batas tumbukan LempengHindia-Australia terhadap Lempeng Sunda," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, Andi Arief, dalam rilisnya, Rabu (27/10/2010).
Dituturkan Andi, pusat gempa Mentawai terletak di sebelah barat dari bagian utara sumber gempa September 2007, dan sekaligus juga di ujung utara dari sumber gempa bawah laut -megathrust (gempa besar) yang menurut prediksi para ahli berpotensi untuk mengeluarkan gempa besar hingga kekuatan 8,8 SR di waktu mendatang.
"Dalam beberapa bulan ke depan, tim EOS-LIPI akan menganalisis data dari jejaring alat GPS ini untuk lebih mengerti tentang mekanisme gempa kemarin," kata Direktur EOS, Prof Dr Kerry Sieh.
Pada 15 Oktober 2009, Dr Kerry Sieh menyatakan, gempa bumi kolosal (sangat besar) diperkirakan akan menghantam Pulau Sumatera dalam waktu 30 tahun ke depan. Ahli ilmu bumi memperingatkan bahwa tsunami besar dan gempa bumi mematikan yang terjadi sebelumnya merupakan suatu peringatan.
"Kami memperkirakan akan terjadi dengan kekuatan 8,8 SR, kurang atau lebihnya sekitar 0,1 poin," ujarnya.
Sungguh, hidup di negeri Indonesia dewasa ini kita sangat perlu mencamkan pesan Allah berikut ini:
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raf [7] : 99)
Allah mengajarkan kepada kita bahwa perilaku alam sangat berkaitan dengan perilaku kumpulan manusia yang tinggal di lingkungan alam tersebut. Bila masyarakatnya baik di mata Allah, yakni beriman dan bertaqwa, maka Allah akan limpahkan banyak keberkahan kepada masyarakat tersebut dari langit maupun bumi. Tapi sebaliknya, bila mereka mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah akan timpakan hukumanNya kepada mereka melalui beragam bencana yang bisa datang di waktu siang maupun malam hari.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ
بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ
أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ
بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (QS. Al-A’raf [7] : 96-98)
Jangan-jangan Allah menilai bahwa masyarakat kita hanya mengaku secara lisan beriman dan bertakwa, padahal sesungguhnya kita sering mendustakan ayat-ayat Allah dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Kaum muslimin di negeri ini boleh banyak jumlahnya, namun yang benar-benar beriman jangan-jangan sangat sedikit. Kita mengaku beriman kepada Allah, tapi kita seringkali gagal menghadapi berbagai ujian yang Allah sodorkan. Sehingga kita tidak dipandang benar dalam pengakuan keimanan, malah kita dinilai Allah dusta dalam pengakuan keimanan. Padahal setiap ujian yang ada dalam hidup ini adalah untuk mendeteksi kemurnian iman seseorang.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا
أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)
Demikian pula dengan ke-taqwa-an yang kita klaim bersemayam di dalam diri kita. Jangan-jangan kita baru bertaqwa yang sifatnya artifisial belum taqwa kepada Allah yang sejati. Padahal setiap menghadiri sholat jumat, kita selalu diperingatkan oleh para khotib untuk bertaqwa yang sebenarnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali-Imran [3] : 102)
Berbagai bencana yang menimpa masyarakat ini jelas mengakibatkan munculnya berbagai macam musibah. Musibah itu meliputi kehilangan nyawa orang-orang yang dicintai, harta-benda, tempat tinggal dan kenormalan hidup sehari-hari. Jelas ini semua merupakan derita dunia yang sangat berat. Sehingga wajar dan bersyukurlah kita melihat begitu banyaknya fihak yang bersegera mengulurkan tangan dengan memberikan aneka bentuk bantuan. Dan sudah barang tentu bantuan yang paling minim tetapi sekaligus paling bermakna ialah bantuan doa.
Salah satu doa yang Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada kita ialah sebuah doa panjang yang di dalamnya menyebutkan persoalan musibah. Dan sangat menarik untuk dicatat bahwa ternyata jenis musibah yang Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan Allah dalam menghadapinya ialah musibah yang menyangkut urusan dien (agama).
وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا
.... dan janganlah Engkau (Ya Allah) jadikan musibah kami pada agama kami. (HR. Tirmidzi 3424)
Melalui potongan doa di atas jelaslah bagi kita bahwa Nabi shollalahu ‘alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan bilamana musibah yang datang menimpa berkenaan dengan kemaslahatan urusan dien (agama) kita. Bukan berarti bahwa kita tidak boleh merasa sedih bila kehilangan nyawa orang-orang yang dicintai, harta-benda, tempat tinggal dan kenormalan hidup sehari-hari. Tetapi kita diarahkan untuk lebih khawatir bila musibah yang menimpa sampai menyebabkan kehilangan dalam urusan agama. Jangan sampai kita merasa sedih bila kehilangan berbagai hal yang bersifat duniawi, namun kita tidak sedih dan risau bila kehilangan agama, iman, taqwa atau petunjuk-hidayah ilahi. Sebab pada hakekatnya urusan dien merupakan urusan yang paling berharga dan bermanfaat dalam kehidupan di dunia ini. Agama merupakan harta utama bagi seorang muslim sejati. Jangan sampai kita sedemikian peduli mempertahankan berbagai harta duniawi namun rela kehilangan harta utama, yaitu iman dan taqwa. Bila sampai ini yang terjadi berarti kita telah ditimpa musibah di atas musibah..!
Maka dalam kondisi sekarang yang paling penting diingatkan kepada siapapun, terlebih khusus korban bencana, ialah agar bersabar menghadapi musibah kehilangan berbagai harta dunia sambil mengokohkan iman dan taqwa mereka. Sebab iman dan taqwa merupakan harta utama yang tidak boleh sampai lepas betapapun telah lepasnya berbagai harta dunia.
Belakangan ini media berusaha membangun opini masyarakat bahwa perilaku salah seorang yang telah menjadi korban tewas di saat meletusnya gunung Merapi merupakan tokoh yang patut diteladani. Dialah sang “juru kunci” gunung Merapi. Ia patut diteladani karena kegigihannya menjalankan tugas sebagai kuncen gunung Merapi hingga saat terakhir sehingga rela mengorbankan nyawanya demi menjalankan tugas tersebut. Sampai di sini sesungguhnya masalah telah timbul. Tetapi yang membuat urusan ini menjadi sangat serius ialah tatkala ditemukannya jasad yang bersangkutan dalam posisi “bersujud” kemudian media mulai mengembangkan opini bahwa tokoh ini mati sebagai seorang “muslim yang taat.” Apakah benar demikian? Cukupkah kita menilai seseorang muslim taat dengan ditemukannya fakta ini? Cukupkah ia dinilai sebagai orang soleh hanya berdasarkan fakta bahwa ia rajin sholat tepat waktu?
Seorang yang mengaku muslim tidak boleh dikafirkan semata-mata karena perbuatan maksiat yang telah dilakukannya. Namun bila terbukti bahwa ia terlibat dalam ucapan, sikap atau perbuatan yang tidak bisa tidak diartikan sebagai hal yang menyebabkan dirinya dihukumi sebagai kafir apalagi musyrik, maka adalah suatu kebatilan bila kita tetap menyebutnya sebagai seorang muslim, apalagi muslim yang taat.
Mari kita coba amati kasus juru kunci gunung Merapi. Bagaimanakah keadaannya?
Secara pribadi, penulis tidak kenal dengan beliau. Namun berdasarkan berbagai bukti yang bisa kita saksikan dan baca di media kita memperoleh kesimpulan bahwa profesinya adalah sebagai seorang kuncen. Dan apakah sebenarnya makna tugas sebagai juru kunci gunung Merapi? Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas kita jumpai keterangan sebagai berikut:
Juru kunci Merapiadalah seorangabdi dalem Keraton Yogyakartayang ditunjuk langsung oleh SultanKasultanan Yogyakartauntuk menjaga dan mengelola makhluk halus di wilayah Gunung Merapi. Juru kunci Merapi terakhir adalahMas Penewu Suraksohargoatau lebih dikenal dengan namaMbah Maridjan, yang menjabat sejak tahun1983 hingga kematiannya dalam erupsi gunung Merapi di tahun 2010.
Dari detikNews 31 Oktober 2011 kita kutip sebagai berikut:
Legenda Gunung Merapi telah ditinggalkan sang kuncen yang selama 30 tahun telah menemaninya. Lalu seberapa penting arti juru kunci di gunung teraktif di nusantara ini.
"Itu penting banget, kalau tidak ada juru kunci para pendaki tidak akan mendapat informasi tentang gunung yang didaki. Kuncen biasanya memberi tahu apa yang dilarang, jalur pendakian, penyelamatan dan lain-lain," kata mantan mahasiswa pencinta alam, Sandi M, yang saat ini menjadi relawan PMI Kabupaten Sleman, saat berbincang dengan detikcom, di posko utama penanggulangan bencana Merapi di Pakem, Jalan Kaliuran, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (30/10/2010).
Menurutnya, Mbah Maridjan bertugas menjaga gunung dengan cara menerawang dari pengalaman atau 'ilmu titen', dan menggabungkannya dengan firasatnya yang telah terlatih sebagai warga Merapi sejak kecil.
Berdasarkan dua keterangan di atas berarti kita dapat simpulkan bahwa seorang “juru kunci” ialah seorang yang dianggap memiliki pengetahuan mengenai perkara yang ghaib dan alam ghaib. Dan seorang “juru kunci gunung” berarti seorang yang dianggap memiliki pengetahuan mengenai perkara ghaib dan alam ghaib yang terkait dengan gunung tersebut.
Jika kesimpulan ini benar, berarti profesi seorang “juru kunci” identik alias sama dengan profesi seorang dukun. Yang di dalam persepektif ajaran Islam yang paling inti -yaitu Tauhid- merupakan profesi yang sarat dengan dosa syirik dan pelakunya disebut seorang musyrik. Ia telah mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah subhanahu wa ta’aala. Pantaslah bilamana kita sering melihat sang juru kunci gunung Merapi melakukan ritual-ritual berupa pemberian sesajen serta menyembah ke arah batu besar tertentu dan lain sebagainya yang mana semua itu merupakan bentuk-bentuk upacara peribadatan lazimnya seorang dukun, paranormal atau panganut aliran kepercayaan. Dan ini semua jelas tidak pernah dicontohkan oleh teladan kita Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan sebaliknya, ini semua merupakan praktek kaum musyrikin yang dengan tegas ditentang dan diperangi oleh beliau.
Ketika mendefinisikan salah satu makna thaghut, Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam bukunya Kitabut Tauhid menjelaskan sebagai berikut: “Salah satu makna thaghut ialah orang yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib selain Allah.” Bila ada orang yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib, maka dia adalah thaghut, seperti dukun, paranormal, tukang ramal atau tukang tenung. Allah berfirman:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
“Dialah (Allah), Dzat yang mengetahui perkara yang ghaib. Dia (Allah) tidak menampakan yang ghaib itu kepada seorangpun” (QS. Al-Jin [72] : 26)
Sedangkan konsekuensi ber-Tauhid ialah di satu sisi beriman dengan benar kepada Allah subhanahu wa ta’aala dan di sisi lain dengan tegas mengingkari thaghut, tidak membenarkannya apalagi mengimaninya. Dan barangsiapa yang ber-Tauhid dengan lengkap seperti ini berarti ia telah mengikatkan dirinya dengan tali penghubung yang paling kokoh kepada Allah, Rabb, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya beserta segenap isinya.
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ
فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا
"Barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus." (QS. Al-Baqarah [2] : 256)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa orang yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan dia mempercayainya, maka dia telah kafir. Lalu bagaimana lagi dengan si dukun itu sendiri?
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abu Hurairah dan Al Hasan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi seorang dukun atau peramal kemudian membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam." (HR. Ahmad 9171)
Demikianlah, sejauh yang kita ketahui juru kunci gunung Merapi menjalankan profesinya hingga maut menjemputnya. Kita tidak pernah mendengar bantahan dari siapapun –apalagi dari dirinya sendiri- bahwa ia pernah ber-taubat atau baro (berlepas diri) dari posisinya sebagai juru kunci. Artinya, hingga saat-saat terakhir hidupnya ia meyakini bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki kemampuan mengetahui perkara ghaib seputar gunung Merapi. Dan ini berarti ia tetap keukeuh sebagai dukun, paranormal alias thaghut...! Lantas bagaimana sosok seperti ini layak dijuluki sebagai “muslim yang taat.” Walau jasadnya ditemukan dalam keadaan bersujud sekalipun, ini tidak dapat begitu saja menghapuskan keterlibatannya di dalam dosa yang tidak terampuni, yaitu dosa syirik.
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلالا بَعِيدًا إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ
إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka. (QS. An-Nisa [4] : 116-117)
Seorang muslim hanya dapat menilai berdasarkan apa yang tampak/lahir, sedangkan urusan yang tersembunyi/batin kita serahkan sepenuhnya kepada Allah ta’aala. Jangankan kita yang merupakan manusia biasa, sedangkan Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wa sallam sekalipun tidak mampu berbuat apapun tatkala mendapati pamannya Abu Thalib di akhir hayatnya mati dalam keyakinan ajaran kaum musyrikin dan enggan menyambut ajakan Tauhid yang diserukan keponakannya. Padahal kita tahu begitu banyak kebaikan yang telah dilakukan Abu Thalib dalam hidupnya, termasuk membela keponakannya pada saat-saat tertentu.
لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ
جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ
وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِأَبِي طَالِبٍ يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ
حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا
كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ
وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَمَا وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ
أُنْهَ عَنْكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِيهِ (البخاري)
Ketika menjelang kematian Abu Thalib, datanglah Rasulullah shollalahu ‘alaihi wa sallam dan didapati di samping pamannya Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Mughirah. Nabi shollalahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Thalib: “Pamanku, ucapkanlah Laa ilaha illa Allah, suatu kalimat yang aku akan bersaksi di hadapan Allah untuk melindungimu.” Sehingga akhir ucapan Abu Thalib adalah ikut millah Abdul Muthallib dan ia enggan mengucapkan Laa ilaha illa Allah. Maka bersabda Rasulullah shollalahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Allah, akan kumintakan ampunan Allah atasmu selagi Allah tidak melarangnya… lalu Allah turunkan At-Taubah ayat 113.” (HR. Bukhary)
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا
أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ
كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ
مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
”Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS. At-Taubah [9] : 113)
Sungguh, kita sangat prihatin menyaksikan begitu banyaknya orang yang mengalami musibah akibat berbagai bencana yang terjadi. Mereka terpaksa mengalami musibah kehilangan berbagai harta duniawinya. Kehilangan nyawa dirinya, keluarganya, harta-bendanya, tempat tinggalnya dan berbagai kenormalan hidup lainnya. Tetapi Nabi shollalahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita agar mewaspadai musibah yang lebih hebat, yaitu musibah kehilangan dien (agama) kita. Saudaraku, janganlah kita sedemikian sedih dan emosionalnya sehingga kehilangan kemampuan furqon (membedakan antara al-haq dan al-batil). Janganlah kesedihan kita membuat hilangnya kesanggupan membedakan mana Tauhid dan mana syirik. Sebab Tauhid pasti mendatangkan keberkahan, sedangkan syirik pasti mendatangkan murka dan siksaan Allah. Apalagi jika kita malah mencampur-adukkan antara iman dan kafir. Kita malah mengatakan pelaku kemusyrikan justeru sebagai muslim yang taat. Inilah musibah di atas musibah yang lebih mengerikan. Yang boleh jadi justeru semakin mengundang datangnya lebih banyak bencana lainnya. Wa na’udzubillahi min dzaalika.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqon dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal [8] : 29)

Wahai Pejabat Jaga Mulutmu

Senin, 01/11/2010 14:07 WIB
Oleh Syaripudin Zuhri
Siapa bilang jadi pejabat negara atau menjadi pajabat pubik itu enak, bisa saja bahkan membuat sengsara hati, memang dalam segi harta benda dan kedudukan kelihatannya nyaman dan melimpah, namaun jangan lupa, segala aspek yang ada pada diri seorang pejabat public seperti kaca transfaran, kaca yang tembus pandang dan siapapn bisa melihatnya.
Nah coba anda lihat, banyak pejabat negara di lembaga terhormat, DPR, yang perang mulut dan saling menghina sesamanya ketika berdebat atau berdiskusi membahas suatu masalah. Mereka saling tuding dan tanpa malu-malu dan dengan gaya yang arogan, saling menjatuhkan! Benar -benar memalukan, masa pejabat negara seperti itu? Bahkan kalau dilihat gelar akademiknya, seperti pager di taman, berderet panjang banget!
Tapi, ya ampun.... akhlaknya kok seperti preman-preman di pasar-pasar, yang ngeliatpun malu! Apa lagi direlay di stasiun-stasiun TV yang bisa diakses langsung ke berbagai negara, termasuk ke Moskow, Rusia. Aduh ini muka mau ditaruh dimana, melihat pejabat negara seperti itu. Teman-teman Rusiakan juga bisa melihat. Bahkan saya pernah mendapat pertanyaan langsung dari reporter TV di Rusia dua tahun lalu ketika mereka mengabadikan acara teraweh ramadhan di Wisma Duta atas undangan Dubes: "Apakah memang Indonesia negara memang suka senang keributan?" Cukup tepot saya menjawab pertanyaan ini.
Nah coba, siapa yang memberitahu kalau bukan mereka melihat sendiri di layar monitor komputer mereka! Oya jangan lupa, mereka, negara-negara asing yang ada di Indonesia, termasuk Rusia, punya kedutaan dan di ruang konsuler, ruang tunggu saat mengurus visa dikedutaaan Rusia di jalan Rasunasaid, Kuningan, Jakarta Selatan, ada siaran langsung ke TV-TV di Rusia! Nah kan otomatis setiap berita atau kejadian di Jakarta akan tersiar langsung ke mancanegara dalam hitungan menit! Nah betapa malunya diri ini ketika melihat pejabat negara kita di lembaga terhormat, DPR, sedang perang mulut, caci maki dan saling hina menghina! Benar, kata Gus Dur dulu, DPR seperti TK! Padahal anggotanya berganti-ganti tiap Pemilu, tapi waktaknya kok mirip ya?

Betapa repotnya jadi pejabat publik, pejabat negara, apa lagi pejabat DPR yang mewakili rakyat, segala tindakan dan tingkah lakunya disorot masyarakat, apa lagi kata-katanya. Di berbagai media masa banyak pejabat publik yang sudah kena semprot! Yang paling sering tentu pak SBY, ya karena memang SBY adalah puncak pimpinan negara ini, tentu saja segala apapun yang dilakukan akan “diendus” oleh rakyat! rakyat bukan benci pada SBY, tapi kalau salah, masa diamkan saja, ya dosa semuanya dong! Mengkritik tidak salah dan tidak berdosa, asal dengan cara yang santun dan tetap memberikan solusinya.

Oya, semprotan rakyat sebelumnya adalah mengena Tifakul Sembiring yang digadang-gadang, di semprit dan disemprot! Karena tak bisa membedakan kapan dia berdakwah, kapan dia menjadi menteri. Berdakwah di kalangan ummatnya sendiri, jadi menteri di luar “kandangnya” tapi sering tercampur aduk, antara berdakwah dengan kementrian yang sekarang sedang “didudukinya”!
Terakhir yang lagi anyar, ya Marzuki Ali, yang dengan lantangnya mengomentari bencana Mentawai dengan kata-kata yang menyakitkan rakyat yang sedang menderita, rakyat di Mentawai ibarat jatuh, di timpah tangga, lalu “dipukul” oleh Marzuki Ali dengan “palu Godam” yang mematikan! Dengan santainya Marzuki Ali bilang: “Kalau tak mau menanggung resiko hidup di pantai, ya pindah aja ke darat!” Ya ampun … dikira pindah dari satu tempat ke tempat lain semudah membalik telapak tangan! Marzuki… Marzuki …. ada ada aja ente!
Memang repot jadi pejabat publik, kata-katanya akan menjadi”makanan” atau” santapan” empuk bagi wartawan khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Maka hati-hatilah kau wahai para pejabat, selain kata-katamu yang keluar akan dicatat, tingkah lakumupun dicatat. Dan jangan lupa setelah akhir masa jabatanmu, kau bukan siapa-siapa lagi, maka kesombonganmu saat kau menjabat akan menjadi bumerang bagi diri dan keluargamu nantinya dan itu sudah banyak contoh.
Apa sebaiknya mulut pejabat di gembok? Ya tidak juga, apa lagi bagi anggota DPR atau DPRD, mereka harus bersuara, namun bukan asal bunyi, kalau “asbun” seperti pejabat-pejabat di DPR itu, wah repot jadinya. Ya repot semuanya, repot dirinya, repot temannya, repot partainya, ya repot presidennya, kok punya anak buah di partainya sendiri, seperti itu. Jangan-jangan ada skenario pembusukan partai demokrat dari dalam! Ya bisa aja, namanya juga berebut kursi atau jabatan, siapa tahu mereka sedang saling mengintai dan mempersiapkan diri menghadapi Pilpres 2014!
Dan jangan lupa dalam urusan politik tak ada kawan dan lawan abadi! Coba aja banyak sekali para anggota partai yang seperti kutu loncat, yang penting dapat kedudukan atau jabatan, tak peduli di tuduh oportunis atau mencla mencle, yang penting dapat kursi dan jabatan, apapun caranya, tak peduli! Ya itulah calon-calon pejabat yang biasanya kalau sudah menjabat bukan ngurus rakyat, tapi mencari sebanyak banyaknya “lobang” buat menumpuk harta kekayaannya! Nah mereka sedang mengejar RI1 sekarang ….! Hati-hatilah rakyat Indonesia, jangan sampai salah pilih!
Nah lihat aja Prabowo, Aburizal Bakri sudah pada “ngebet” ingin bertarung di 2014! Padahal masih lama… Ya ampun, jangan-jangan ada skenario menurunkan SBY di tengah jalan dan banyak cara untuk itu! Sabarlah wahai para pejabat, “Belanda masih jauh” Mari lihat itu Mentawai dan Merapi, loh pada kemana itu bendera partainya? Apa karena bukan pemilu nih, mereka pada tiarap semuanya, wah kelihatan belangnya semua! Pantas aja rakyat tak percaya pada pejabatanya sendiri, tak percaya pada atasanya sendiri, tak percaya pada hasil pilihannya sendiri, akh… ternyata rakyat salah pilih lagi!
Halo-… halo… pada kemana itu bendera partai, saya kok tak melihatnya di Mentawai dan di Merapi! Ya ampun… benar-benar deh, rakyat benar-benar baru didekatin saat pemilu saja, pada saat pemilu semua teriak:” untuk rakyat, mari bela rakyat, kita akan berjuang untuk rakyat!” Dan seterusnya, loh sekarang ada musibah di Mentawai dan Merapi tokoh-tokoh partai politiknya pada kemana? Kok tak kelihatan? Bendera partainya pada kemana? Saat pemilu mereka teriak akan membela rakyat, buktinya mana? Atau memang mulut mereka harus digembok?
Ya, memang tak semua pejabat yang mulutnya harus “digembok”, banyak juga pejabat yang rendah hati dan diam-diam membantu rakyat, membela rakyat tanpa gembar gembor, pejabat yang begini memang langkah, dia lebih banyak berbuat dari pada bicara dan lebih banyak diam, ketimbang bersuara, tapi nyakiti rakyat banyak. Aduh, kemana nih mencari pejabat seperti ini, jangan-jangan di suruh maju ke Pilpres 2014 dia juga tak mau! Ya pajabat yang amanah memang tak mengejar jabatan dan kedudukan!
Memang susah mencari pejabat yang amanah, yang lebih banyak bekerja ketimbang omong atau perang mulut. Mencari pejabat yang amanah( sudah saya tulis di ruang ini juga beberapa waktu lalu) susah, seperti mencarai jarum ditumpukan jerami, susahanya bukan main. Bukan tak ada, tapi memang sulit dan repot.
Kenapa begitu? Ya coba aja, pejabat yang amanah biasanya ada di "balik panggung" dia lebih banyak diam, lebih banyak bekerja! Dan pekerjaannya tak mau diekspos ke masyarakat, kwatir menjadi riya dan hilang amalnya. Nah sementara rakyat mencari dia, nah dianya sembunyi, kan repot namanya.
Kita memang berharap akan muncul pemimpin yang berkulitas sperti Umar bin Khattab atau seperti Umar bin Abdul Azis, pemimpin yang sederhana, namun mampun mensejahterakan rakyatnya, bukan pemimpin yang mensejahterakan keluarganya sendiri dan lingkungannya saja!
Adakah pemimpin yang seperti itu? Ada, dan banyak, tapi tak terlihat! Ya, semoga aja mereka muncul di saat 2014 nanti! Yang sekarang biarlah dulu, biarkan mereka bekerja sebisa mereka, semampu mereka, toh mereka hasil pilihan rakyat juga, walau mungkin rakyat salah pilih, tapi kan pilihannya memang segitu adanya, mau apa lagi, kecuali tawakal kepada Allah SWT!

Bagaimana Mensikapi Musibah dan Bencana?

Senin, 01/11/2010 08:31 WIB
Tiba-tiba kereta senja utama jurusan Jakarta - Semarang, yang berhenti di stasiun Pemalang ditabrak kereta Argo Anggrek, yang menuju Surabaya. Tidak sedikit yang meninggal, sekitar 35 orang yang meninggal, dan puluhan lainnya yang luka.
Lalu, banjir bandang dan longgsor di Wasior-Papua, yang mengakibatkan 100 orang lebih yang meninggalk, dan banyak yang hilang, dan bangunan hancur. Begitu dahsyatnya air bah, yang menimbulkan kerusakan di daerah itu. Belum selesai banjir dan longsor di Wasior, Senin, lalu kota Jakarta lumpuh total, dan di mana-mana hanya genangan air. Selama mulai pukul 18.00 malam, sam;pai menjelang pukul 3.00 dini hari, jalan-jalan mulai agak longgar, dan orang-orang dapat kembali ke rumah masing-masing. Begitu luar biasanya akibat dari banjir yang melanda Jakarta, melumpuhkan seluruh jaringan transportasi.
Pemerintah belum lagi selesai mengevakuasi dan menyelamatkan pendududk di Wasior, dan membenahi akibat banjir di Jakarta, datang gempa dan tsunami di kepulauan Mentawai, yang mengakibatkan ratusan orang tewas, dan ratusan lainnya hilang.
Sementara wilayah yang terkena gempa dan tsunami itu sudah arata dengan tanah.
Tak lama dari peristiwa di kepulauan Mentawai itu, terjadinya peristiwa yang tak kalah dahsyatnya,yaitu meletus gunung Merapi di Jawa Tengahm,yang letaknya di dekat kota Slemen-Yogyakarta. Banyak yang meninggalkan awan panas dan lahar.
Peristiwa musibah dan bencana susul menyusul tanpa henti. Inilah yang menyebabkan mengapa Indonesia sejak tahun 2004, tak pernah lepas dari musibah dan bencana. Semuanya di mulai dari peristiwa yang maha dahsyat, sam;pai mengundangt simpati dunia, yaitu peristiwa gempa dan tsunamii di Aceh.
Maka dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi itu, sejatinya apa maknanya dan bagaimana mensikapinya terhadap semua peristiwa itu?
Allah berfirman :
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa , pastilah Kami akan melimp;ahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS : al-A’raf : 96)
Ayat diatas menyatakan Allan Ta'ala akan membukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi, yatiu bila penduduk sebuah negeri itu beriman dan bertaqwa. Kuncinya mendapatkan keberkahan itu hanya iman dan taqwa. Sebaliknya Allah akan menurunkan azabnya , ketika manusia itu mendustakan ayat=ayatnya.
Firman Allah :
“Maka apakah penduduk negeri –negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?”. (QS : al-A’raf : 97)
Peristiwa-peristiwa bencana alam itu sering kali terjadi di malam hari, saat orang sedang menikmati malamnya, dan kemudian Allah mendatangkan musibah.
Firman Allah :
“Atau apakah penduduk negeri-negeri itu mersa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu siang hari”. (QS : al-A’raf : 98)
Peristiwa bencana juga dapat terjadi di siang hari, di mana manusia sedang melakukan aktivitasnya. Kemudian, Allah menurunkan azabnya.
Firman Allah :
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang meras aman dari azab Allah kecuali orang-orang yangl merugi”. (QS : al-A’raf : 99).
Maka hakekatnya manusia merasa aman dari azab Allah, lalu mereka berbuat lalai dan kerusakan dan kemaksiatan. Inilah yang mengakibatkan turunnya azab .
Friman Allah :
“Dari apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya bahwa kalau Kami menghendaki , tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya, dan Kami kunci hati mati hati mereka , sehingga tidak mendengar (penjelasan) lagi?” . (QS : al-A’raf : 100)
Begitu banyak negeri-negeri di masa lalu, yang dihancurkan akbiat kelalaian penduduknya, dan terjadi di zaman umat nabi-nabi terdahulu yang tidak mau beriman.
Firman Allah :
“Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagai an dari berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya.Demikianlah Allah mengunci mati hati mereka orang-orang kafir”. (QS : al-A’raf : 101)
Namun, begitu masih tetap manusia yang tidak mau taat dan tunduk kepada Allah dan mendustakan agama-Nya.
Firman Allah :
“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji, Sesungguhnya Kamki mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik”. (QS : al-A’raf : 102).
Itulah gambaran Allah Azza Wa Jalla tentang hakikat manusia,. Peristiwa-peristiwa yang membicnasakan manusia telah berulangkali terjadi, tetapi peringatan dari Allah itu, tetap tidak berarti apa-apa, dan manusia tetap ingkar.

Bagaimana Mensikapi Musibah dan Bencana?

Senin, 01/11/2010 08:31 WIB
Tiba-tiba kereta senja utama jurusan Jakarta - Semarang, yang berhenti di stasiun Pemalang ditabrak kereta Argo Anggrek, yang menuju Surabaya. Tidak sedikit yang meninggal, sekitar 35 orang yang meninggal, dan puluhan lainnya yang luka.
Lalu, banjir bandang dan longgsor di Wasior-Papua, yang mengakibatkan 100 orang lebih yang meninggalk, dan banyak yang hilang, dan bangunan hancur. Begitu dahsyatnya air bah, yang menimbulkan kerusakan di daerah itu. Belum selesai banjir dan longsor di Wasior, Senin, lalu kota Jakarta lumpuh total, dan di mana-mana hanya genangan air. Selama mulai pukul 18.00 malam, sam;pai menjelang pukul 3.00 dini hari, jalan-jalan mulai agak longgar, dan orang-orang dapat kembali ke rumah masing-masing. Begitu luar biasanya akibat dari banjir yang melanda Jakarta, melumpuhkan seluruh jaringan transportasi.
Pemerintah belum lagi selesai mengevakuasi dan menyelamatkan pendududk di Wasior, dan membenahi akibat banjir di Jakarta, datang gempa dan tsunami di kepulauan Mentawai, yang mengakibatkan ratusan orang tewas, dan ratusan lainnya hilang.
Sementara wilayah yang terkena gempa dan tsunami itu sudah arata dengan tanah.
Tak lama dari peristiwa di kepulauan Mentawai itu, terjadinya peristiwa yang tak kalah dahsyatnya,yaitu meletus gunung Merapi di Jawa Tengahm,yang letaknya di dekat kota Slemen-Yogyakarta. Banyak yang meninggalkan awan panas dan lahar.
Peristiwa musibah dan bencana susul menyusul tanpa henti. Inilah yang menyebabkan mengapa Indonesia sejak tahun 2004, tak pernah lepas dari musibah dan bencana. Semuanya di mulai dari peristiwa yang maha dahsyat, sam;pai mengundangt simpati dunia, yaitu peristiwa gempa dan tsunamii di Aceh.
Maka dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi itu, sejatinya apa maknanya dan bagaimana mensikapinya terhadap semua peristiwa itu?
Allah berfirman :
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa , pastilah Kami akan melimp;ahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS : al-A’raf : 96)
Ayat diatas menyatakan Allan Ta'ala akan membukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi, yatiu bila penduduk sebuah negeri itu beriman dan bertaqwa. Kuncinya mendapatkan keberkahan itu hanya iman dan taqwa. Sebaliknya Allah akan menurunkan azabnya , ketika manusia itu mendustakan ayat=ayatnya.
Firman Allah :
“Maka apakah penduduk negeri –negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?”. (QS : al-A’raf : 97)
Peristiwa-peristiwa bencana alam itu sering kali terjadi di malam hari, saat orang sedang menikmati malamnya, dan kemudian Allah mendatangkan musibah.
Firman Allah :
“Atau apakah penduduk negeri-negeri itu mersa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu siang hari”. (QS : al-A’raf : 98)
Peristiwa bencana juga dapat terjadi di siang hari, di mana manusia sedang melakukan aktivitasnya. Kemudian, Allah menurunkan azabnya.
Firman Allah :
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang meras aman dari azab Allah kecuali orang-orang yangl merugi”. (QS : al-A’raf : 99).
Maka hakekatnya manusia merasa aman dari azab Allah, lalu mereka berbuat lalai dan kerusakan dan kemaksiatan. Inilah yang mengakibatkan turunnya azab .
Friman Allah :
“Dari apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya bahwa kalau Kami menghendaki , tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya, dan Kami kunci hati mati hati mereka , sehingga tidak mendengar (penjelasan) lagi?” . (QS : al-A’raf : 100)
Begitu banyak negeri-negeri di masa lalu, yang dihancurkan akbiat kelalaian penduduknya, dan terjadi di zaman umat nabi-nabi terdahulu yang tidak mau beriman.
Firman Allah :
“Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagai an dari berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya.Demikianlah Allah mengunci mati hati mereka orang-orang kafir”. (QS : al-A’raf : 101)
Namun, begitu masih tetap manusia yang tidak mau taat dan tunduk kepada Allah dan mendustakan agama-Nya.
Firman Allah :
“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji, Sesungguhnya Kamki mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik”. (QS : al-A’raf : 102).
Itulah gambaran Allah Azza Wa Jalla tentang hakikat manusia,. Peristiwa-peristiwa yang membicnasakan manusia telah berulangkali terjadi, tetapi peringatan dari Allah itu, tetap tidak berarti apa-apa, dan manusia tetap ingkar.

Jumat, 26 Februari 2010

Banjir Bandang Meningkat karena Gempa Bumi

Banjir Bandang Meningkat karena Gempa Bumi
Laporan wartawan KOMPAS Irene Sarwindaningrum
Senin, 7 Desember 2009 | 21:29 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Banjir bandang diperkirakan akan makin sering terjadi dalam 5-10 tahun mendatang. Potensi banjir bandang ini meningkat seiring dengan meningkatnya potensi terjadinya gempa bumi di Indonesia.

Peneliti Banjir dan Daerah Aliran Sungai dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Maryono di Yogyakarta, Senin (7/12), mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa gempa bumi hampir selalu diikuti oleh banjir bandang. "Di Yogyakarta, banjir bandang di Sungai Code terjadi setelah gempa, begitu pula di Aceh. Banjir bandang setelah gempa bumi bisa dirunut hingga kejadian tahun 1918," ujarnya.

Hal ini terjadi karena gempa bumi membuat tebing sungai menjadi rentan longsor. Ciri khas banjir bandang karena gempa bumi adalah banjir berupa lumpur dan mengandung banyak serpihan kayu.

Lebih lanjut, Agus yang baru saja mendapat penghargaan dari Departemen Pekerjaan Umum sebagai penulis artikel terbaik bidang PU tahun 2009 itu mengatakan, paradigma pencegahan banjir dengan pembangunan talut alias penahan banjir di bagian hilir harus diubah menjadi pencegahan banjir dengan pengelolaan dan penyerapan air di bagian hulu sungai.

Pembangunan talut seharusnya dihentikan karena hanya membuat air dialirkan dan dibuang percuma. Padahal, kebutuhan air saat ini semakin meningkat. Pembangunan talut juga berpotensi mengakibatkan banjir dengan intensitas lebih besar karena pembangunan talut membuat perumahan semakin turun ke bantaran. Akibatnya, potensi sungai meluap semakin besar.

"Pembangunan talut akan juga mematikan ekosistem pinggir sungai yang kaya dengan berbagai organisme unik," katanya.

Menurutnya, pencegahan banjir seharusnya difokuskan pada daerah pedesaan di bagian hulu sungai. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak daerah tangkapan air, yaitu dengan konservasi lahan pertanian dan perkebunan, membangun lumbung desa, tanggul pekarangan, dan sumur resapan di daerah pedesaan yang terdapat di hulu sungai. Langkah ini juga perlu dilakukan masyarakat di daerah perkotaan untuk mencegah krisis air bersih.

Frekuensi Gempa Kian Meningkat

Frekuensi Gempa Kian Meningkat
Laporan wartawan KOMPAS Yulvianus Harjono
Selasa, 12 Januari 2010 | 18:47 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Warga melintas di antara puing bangunan rumahnya di Desa Sungai Sirah, Dusun Duo, Kecamatan Sungai Limau, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (4/10). Gempa bumi berkekuatan 7,6 skala richter yang mengguncang Sumbar mengakibatkan sedikitnya 500 orang meninggal dan ribuan bangunan hancur.

BANDUNG, KOMPAS.com — Frekuensi gempa di Tanah Air telah meningkat tajam dalam lima tahun terakhir. Kondisi ini menjadi sinyalemen terhadap ancaman gempa besar pada kemudian hari. Belakangan ini, gempa memang kian sering terjadi.

"Ini dirasakan terutama setelah gempa tsunami di Aceh. Setelah 2004, gempa-gempa besar seolah tidak berhenti," ungkap Prof Sri Widiyantoro, pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung.

Sri mengungkapkan, sejak 1964 hingga 2005, tercatat sebanyak 30.393 gempa yang terjadi di seluruh Indonesia. Dahulu setidaknya tercatat 1.000 kali gempa, baik ukuran kecil, sedang, maupun besar di Tanah Air. Namun, sejak 2005, frekuensinya meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat.

"Pada 2005 saja, tercatat terjadi 2.527 gempa. Hampir tiap hari terjadi setidaknya dua hingga tiga kali gempa di berbagai wilayah di Indonesia," ucap pakar tomografi gempa ini.

Gempa NAD yang terjadi pada 2004 diyakini secara tidak langsung ikut memicu pergerakan di sepanjang zona subduksi lempeng tektonik Indoaustralia dan Eurasia di pesisir barat Sumatera. Gempa itu juga memicu pergerakan di segmen patahan-patahan aktif di sepanjang Sumatera.

"Meskipun di satu sisi frekuensi gempa yang tinggi juga berarti positif, yaitu terlepasnya energi perlahan. Namun, Sri meminta masyarakat mewaspadai potensi gempa besar di wilayah Mentawai. Segmen Mentawai kan belum pecah. Selama ini terlewati," tuturnya.

Diperkuat data yang ditunjukkan Prof Jim Mori, ahli gempa dari Universitas Kyoto, Jepang, gempa NAD 2004 yang tercatat sebagai gempa terbesar dalam setengah abad terakhir telah mengakibatkan pergerakan yang tinggi di zona subduksi Aceh dan Mentawai, bahkan menjalar hingga ke utara NAD.

Ternyata "Alien" Sudah di Bumi Membaur dengan Manusia

Ternyata "Alien" Sudah di Bumi Membaur dengan Manusia
Minggu, 29 November 2009 | 08:02 WIB
SHUTTERSTOCK
Pesawat Alien

LONDON, KOMPAS.com — Ilmuwan Bulgaria menyatakan, alien atau makhluk luar angkasa sudah ada di bumi di antara kita. Mereka bahkan mengklaim sudah membuat kontak dengan makhluk cerdas di luar bumi itu.

“Alien sudah ada di antara kita, dan mengawasi kita sepanjang waktu,” kata ilmuwan Bulgaria, Lachezar Filipov, kepada media Bulgaria.

Mereka mengaku bekerja untuk memecahkan serangkaian simbol kompleks yang dikirimkan ke mereka. Kini mereka sedang mengerjakannya. Hal itu dikatakan oleh ilmuwan dari Space Research Institute milik Pemerintah Bulgaria.

Mereka mengklaim telah menjawab 30 pertanyaan yang telah dikirim alien. Lachezar Filipov, Wakil Direktur Space Research Institute dari Bulgarian Academy of Sciences, mengonfirmasi hasil riset itu.

Ia mengatakan, pusat riset telah menganalisis 150 lingkaran pada ladang (crop circles) dari seluruh dunia. Mereka yakin hal itu akan menjawab pertanyaan.

“Mereka tidak bermusuhan dengan kita. Mereka ingin membantu kita, tetapi kita belum berhasil menjalin kontak lansung dengan mereka.”

Mr Filipov bahkan mengatakan, Vatikan setuju bahwa alien itu ada.

Manusia tidak bisa menjalin kontak dengan alien melalui gelombang radio, tetapi melalui kekuatan pikiran.

“Ras manusia akan memiliki kontak langsung dengan alien 10-15 tahun mendatang,” katanya.

“Mereka kritis pada sikap amoral manusia yang mengganggu proses alami,” katanya.

Publikasi soal alien ini dilaksanakan di tengah debat mengenai kontroversi peran, kelayakan, dan reformasi Bulgarian Academy of Sciences.

Minggu lalu, persoalan ini memicu debat antara Menteri Keuangan Bulgaria Simeon Djankov dan Presiden Georgi Parvanov.